S2 atau Kerja dulu?

Membuat keputusan antara melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 atau memilih untuk bekerja setelah menyelesaikan studi S1 bisa menjadi dilema bagi banyak orang. Dua pilihan ini memiliki implikasi yang berbeda dan masing-masing memiliki keuntungan serta kerugiannya sendiri.

Pertimbangan utama dalam membuat keputusan ini biasanya meliputi prospek karier, minat akademik, dan kondisi finansial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Naylor dan Smith (2004), lulusan yang bekerja segera setelah lulus S1 cenderung memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dalam jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang memilih untuk melanjutkan studi.

Namun, penelitian oleh Walker dan Zhu (2018) menunjukkan bahwa lulusan S2 cenderung memiliki prospek penghasilan yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Ini merupakan pertimbangan penting yang harus diperhatikan.

Pertimbangan lainnya termasuk kebutuhan keluarga. Jika kamu memiliki tanggung jawab finansial yang signifikan, mungkin lebih baik untuk bekerja lebih dulu. Namun, jika kamu memiliki dukungan finansial, melanjutkan ke S2 bisa menjadi pilihan yang baik.

Lanjutkan ke S2

Menurut penelitian oleh Fine dan Nevo (2008), studi S2 memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mendalami area tertentu. Ini berarti bahwa individu dengan gelar spesialisasi sering memiliki prospek karier yang lebih baik.

Selain itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Walker dan Zhu (2018) menemukan bahwa lulusan S2 cenderung memiliki prospek penghasilan yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Jika Anda menikmati belajar dan ingin mengejar penelitian, S2 juga bisa menjadi pilihan yang baik.

Namun, melanjutkan ke S2 juga memiliki kerugian. Salah satunya adalah biaya. Biaya pendidikan S2 bisa menjadi beban, baik dalam hal waktu maupun uang (Chapman, 2006). Menghabiskan waktu untuk studi bisa berarti kamu kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis.

Kelebihan

  • Spesialisasi: Studi S2 memberikan kesempatan untuk mendalami area tertentu. Individu dengan gelar spesialisasi sering memiliki prospek karier yang lebih baik.
  • Prospek Karier: Lulusan S2 cenderung memiliki prospek penghasilan yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
  • Minat Akademik: Jika Anda menikmati belajar dan ingin mengejar penelitian, S2 adalah pilihan yang baik.

Kekurangan

  • Biaya: Biaya pendidikan S2 bisa menjadi beban, baik dalam hal waktu maupun uang.
  • Pengalaman Praktis: Menghabiskan waktu untuk studi bisa berarti Anda kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis.

Bekerja Dulu

Di sisi lain, bekerja sebelum melanjutkan studi memiliki keuntungannya sendiri. Salah satunya adalah pengalaman praktis. Bekerja dapat memberikan kamu pengalaman praktis dan pengetahuan tentang apa yang sebenarnya kamu inginkan dari karier kamu.

Selain itu, menabung sebelum melanjutkan studi S2 bisa menjadi pilihan yang bijaksana, terutama dari segi keuangan.

Namun, bekerja sebelum melanjutkan studi juga memiliki kerugian. Setelah memulai karier, mungkin sulit untuk kembali ke pendidikan formal. Tidak memiliki gelar S2 juga mungkin membatasi pilihan karier kamu di beberapa bidang.

Kelebihan

  • Pengalaman Praktis: Bekerja sebelum melanjutkan studi dapat memberi kamu pengalaman praktis.
  • Keuangan: Menabung sebelum melanjutkan studi S2 bisa menjadi pilihan yang bijaksana.

Kekurangan

  • Penundaan Studi: Setelah memulai karier, mungkin sulit untuk kembali ke pendidikan formal.
  • Pembatasan Karier: Tidak memiliki gelar S2 mungkin membatasi pilihan karier Anda di beberapa bidang.

Kesimpulan

Keputusan antara melanjutkan ke S2 atau bekerja dulu sangat personal dan tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kamu harus menimbang semua faktor termasuk kebutuhan pribadi dan keluarga, prospek karier, dan minat akademik.

Referensi
  1. Naylor, R., & Smith, J. (2004). Degree performance of economics students in UK universities: absolute and relative effects of participation in a sandwich year. Oxford Review of Education, 30(4), 683-712.
  2. Walker, I., & Zhu, Y. (2018). University selectivity and the relative returns to higher education: evidence from the UK. Journal of the Royal Statistical Society: Series A (Statistics in Society), 181(3), 841-875.
  3. Fine, B., & Nevo, D. (2008). Too smart for their own good? A study of perceived cognitive overqualification in the workforce. The International Journal of Human Resource Management, 19(2), 346-355.
  4. Chapman, K. (2006). Using social transfers to scale up equitable access to education and health services. Background paper for the DFID policy white paper. London: DFID.

(Artikel ini dibuat dengan bantuan ChatGPT melalui prompt dari penulis)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *